Beranda | Artikel
Ada Apa Dengan Radio Rodja dan Rodja TV (bag 2)? - Surat Al-Ustadz Dzulqornain Kepada Syaikh Sholeh Al-Fauzaan
Jumat, 4 Oktober 2013

Al-Ustadz Dzulqornain menulis :

Kepada Guru dan Orang Tua kami yang mulia, Al-‘Allaamah Sholeh bin Fauzan Al-Fauzan –semoga Allah menjaganya-

Asslaamu’alaikum warahmatullahi wabarokaatuhu

Aku memohon izin kepada Fadhilatus Syaikh untuk memaparkan sebagian permasalahan dakwah, dan aku memohon kepada Allah untuk memberi ganjaran yang terbaik kepada Fadilatus Syaikh atas kebaikan Anda.

Telah tersebar di internet rekaman suara dan transkripnya yang disebar oleh Saudara Firanda Al-Indonesiy, Mahasiswa di Universitas Islam Madinah. Ia telah mengaku bersama beberapa mahasiswa Universitas Islam Madinah telah mengunjungi Anda dan mereka telah merekam pertemuan bersama Anda tersebut.

Dan transkrip pertemuan tersebut –berdasarkan rekaman yang beredar- adalah sebagai berikut :

Penanya (Firanda) : Pertanyaan berkaitan dengan Indonesia, Alhamdulillah sekarang kami memiliki dua stasiun televisi yang berada di atas Sunnah, sudah sekitar setahunan. Syaikh Abdur Rozzaq Al-Abbad Al-Badr -guru saya- juga berpartisipasi dalam stasiun televisi tersebut, dan memberi pengajian dua kali setiap pekan.

Syaikh : Apakah syaikh Abdur Rozzaq selalu pergi ke Indonesia?

Firanda : Syaikh Abdur Rozzaq sudah dua kali pergi ke Indonesia, dan saya yang menjadi penerjemahnya saat kepergiannya yang pertama, dan yang hadir saat itu sekitar 100 ribu orang. Sedang pada kepergian beliau yang ke dua, ada sekitar 130 ribu orang yang hadir. Dan ini merupakan perkumpulan terbesar di mesjid ini, mesjid ini punya 5 lantai. Ini adalah jumlah yang banyak, yang menunjukkan bahwa masyarakat sekarang mengenal sunnah, Alhamdulillah. Dan stasiun TV ini punya andil yang besar (dalam dakwah ini), kami terjemahkan fatwa-fatwa Anda, fatwa Syaikh Bin Baaz, dan fatwa Syaikh Utsaimin –rahimahumulloh-.
Akan tetapi yang menjadi permasalahan pada kami -sebagaimana Anda tahu-; bahwasanya ikhwan sekalian -sebagaimana terjadi di seluruh tempat- terpecah menjadi dua, dan sebagian mereka memperingatkan (masyarakat) dari bahaya Stasiun TV tersebut.

Syaikh : Ini merupakan musibah.

Firanda : Ada yang menjelekkan stasiun TV tersebut, dan ada yang membicarakan (mentahdzir) para dai yang muncul di stasiun TV tersebut, padahal sebagaimana yang kami katakan, dalam stasiun tersebut ikut serta Syaikh Abdur Rozzaq, dan sesekali juga Syaikh Ibrahim Ar-Ruhaili.

Syaikh : Ibrahim bin ‘Aamir?

Firanda : benar, sesekali beliau berpartisipasi (mengisi pengajian-pen). Yang jadi permasalahan, salah seorang dari saudara-saudara kami yang membicarakan (mentahdzir) stasiun TV tersebut, adalah orang yang terkenal sebagai murid Anda.

Syaikh : Siapa dia?

Firanda : Namanya Dzul Qornain.

Syaikh : Ma’ruuf (saya mengenalnya)

Firanda : Ia adalah seorang yang memiliki ilmu -masyaAllah-.

Syaikh : Ia seorang yang baik.

Firanda : “Akan tetapi ia (Dzulqornain) membicarakan tentang (keburukan) Stasiun TV tersebut, dan memperingatkan masyarakat dari menonton stasiun TV tersebut.
Kami sekarang tidak mengambil bantuan dari yayasan manapun, kami tidak mengambil bantuan dari Yayasan Ihyaa Ut Turoots, dan kami pun tidak mengambil bantuan dari Arab Saudi, para donaturnya dari Indonesia”

Syaikh : “Bekerja-samalah dengan Dzulqornan, ia adalah orang yang baik, meskipun dia agak keras -sebagaimana kau katakan- “

Firanda : “Kami tidak mentahdzirnya”

Hasan : Permasalahannya bukanlah tentang dia, akan tetapi bolehkah -misalnya- seorang dai berdakwah melalui stasiun-stasiun televisi? Bolehkah mendirikan Stasiun Televisi Islami yang menyebarkan Islam?

Syaikh : Kita tidak punya sarana yang lain

Hasan : Sarana televisi itu boleh dimanfaatkan?

Syaikh : Iya, sarana televisi itu boleh dimanfaatkan.

Firanda : Ya Syeikh, pada kondisi demikian, apa yang harus kami lakukan terhadap sahabat kami ini (Dzulqornain)?

Syaikh : Berdamailah dengannya… Saling berdamailah dan saling bersatulah.

Hasan : Sampaikan kepada Dzulqornain, agar ia berbicara dengan Syaikh tentang permasalahan ini.

Syaikh : Hendaknya ia (Dzulqornain) menulis surat kepadaku, hendaknya ia menulis kepadaku, dan aku akan membalas suratnya.

Firanda : “Permasalahan Yayasan Ihyaa At-Turoots, selalu menjadi sebab khilaf diantara ikhwan hingga sekarang, (maksudku) permasalahan Yayasan Ihyaa At-Turoots yang di Kuwait”

Syaikh : Yang ada di Kuwait? Ada apa dengan yayasan tersebut?

Firanda : Ada sedikit orang yang bekerja sama dengan yayasan ini, mereka mengambil bantuan dari yayasan ini, akan tetapi mayoritas kami tidak mengambil bantuan. Yang menjadi permasalahan adalah Dzulqornain dan para sahabatnya mentahdzir yayasan itu dan membid’ahkannya.

Syaikh : Yayasan apa?

Hasan : Yayasan Ihyaa At-Turoots dari Kuwait

Syaikh : “Yang membantu kalian, ambillah bantuannya dan manfaatkan bantuan tersebut”

Firanda : Yang menjadi permasalahan; orang-orang yang tidak mentahdzir yayasan itu juga di-tabdi’

Syaikh : “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menerima hadiah-hadiah dari orang-orang kafir, beliau menerima dari Raja Muqouqis, beliau menerima hadiah. Yang membantu kalian, maka ambillah (bantuannya)”
Firanda : Mereka akan berkata; “Yayasan akan memberi persyaratan… Akan ikut mengatur dakwah?”

Syaikh : “Bagaimanapun juga, hendaknya kalian saling bekerja sama, hilangkan perpecahan, hilangkanlah perpecahan”

Firanda : “Apa saya menyampaikan ke Syaikh Dzulqornain, agar mengirim surat kepada Anda?”

Syaikh : Iya

Firanda : Baarokallahu fiik” (Selesai…)

Pada kesempatan ini aku akan memaparkan hakekat perkara yang sesungguhnya yang berlaku pada Akh Firanda dan para sahabatnya di Radio dan Televisi Rodja. Dan aku mengharapkan arahan dan petunjuk dari Fadhilatus Syaikh yang mulia :

Saya akan menjelaskan perkara-perkara berikut ini :

Pertama : Kami memuji Allah dan bersyukur kepadaNya bahwasanya dakwah salafiyah di Indonesia di atas kebaikan yang besar. Seseorang akan takjub jika melihat antusias para masyarakat di banyak daerah di Indonesia. Tersebar markas-markas ilmu, pondok-pondok al-Qur’an dan al-Hadits. Ini adalah kenikmatan yang harus disyukuri dan dijaga, karena dakwah salafiyah adalah dakwah yang menjadi target para musuh –sebagaimana yang telah kami dengarkan dari wajangan-wejangan Anda-.

Diantara perkara genting yang terjadi di tanah air kita adalah praktek-praktek terorisme dan pengeboman yang telah dilakukan oleh orang-orang takfiriyin (tukang mengkafirkan) dan juga orang-orang yang terpedaya.

Tokoh-tokoh mereka telah kami ketahui sejak dulu. Sebagian orang-orang yang menyimpang tersebut ada yang memberikan kajian-kajian –yang tersebar dan terekam-, yaitu kajian dari kitab-kitab Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab dan para Imam Dakwah dari Najed. Maka musuh-musuh dakwah –dari kalangan sufiyah dan liberal- menjadikan hal ini sebagai kesempatan untuk menuduh bahwa dakwah tauhid adalah dakwah teroris. Perkaranya sampai-sampai sebagian pejabat besar negara dari para menteri telah mengirimkan kepadaku berkas agar aku menunjukkan pandanganku tentang isi berkas tersebut. Ternyata berkas tersebut berisikan tentang kitab Tauhid karya Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab. Dan pejabat tersebut memintaku untuk membantah kitab Tauhid dengan alasan bahwasanya kitab tersebut adalah rujukan utama para teroris. Maka jadilah rancu bagi mereka hakekat dakwah salafiyah dengan fitnahnya mereka (orang-orang yang menyimpang).

Maka kami memandang wajibnya terbedakan dari para penyimpang tersebut untuk menjaga dakwah. Dan sikap mendiamkan mereka para penyimpang (takfiriyin dan tukang bom/teroris-pen) serta sikap memudahkan/menggampangkan terhadap orang yang bermu’amalah dengan para penyimpang tersebut merupakan perkara yang sangat berbahaya.

Dan sungguh Allah telah mewujudkan kebaikan dengan adanya sikap membedakan diri ini. Pada suatu tahun telah terjadi pengeboman di salah satu kantor kedutaan di Jakarta. Para pelaku pengeboman mengakui perbuatan mereka, diantaranya adalah seseorang yang disebut Aman Abdurrahman –yang ia dahulunya adalah salah seorang da’i di yayasan As-Shofwah-. Dahulu ia sering berdakwah dekat dengan markas ikhwan-ikhwan kita di Jakarta. Orang ini telah mengajarkan sejumlah kitab-kitab Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab, dan telah menerjemahkan kitab-kitab Abu Muhammad Al-Maqdisi As-Suri ke bahasa Indonesia. Dan ikhwan-ikhwan kita telah mentahdzir tentang orang ini dan telah menjelaskan palsunya manhajnya beberapa waktu sebelum terjadinya pengeboman. Karenanya tatkala terjadi pengeboman maka pihak yang berwajib tidak tersibukkan dengan ikhwan-ikhwan kita dikarenakan sikap “membedakan diri”.

Diantara perkara yang menyedihkan dari sejumlah para da’i Radio dan Tv Rodja adalah sikap tasahul mereka terhadap orang-orang yang tidak jelas, yang dengan sebab orang-orang yang tidak jelas tersebut bisa saja dakwah salafiyah dituduh dakwah terorisme.

Kedua : Kami tidak mentahdzir seluruh orang yang bermu’amalah dengan yayasan Ihyaa At-Turoots hanya karena disebabkan mengambil bantuan dan harta dari mereka, akan tetapi kami mentahdzir Yayasan Ihyaa At-Turoots dikarenakan sebab-sebab yang syar’i, diantaranya :

1. Keterkaitan mereka dan bantuan mereka kepada orang-orang takfiri. Orang-orang Radio Rodja dan Tv Rodja mengetahui dan bermu’amalah dengan seseorang yang disebut Abu Nidaa’, yaitu pengurus Ma’had Jamilurrahman –yaitu ma’had yang Penanya Akh Firanda keluaran dari ma’had tersebut, dan ini adalah salah satu ma’had yang Syaikh Abdurrozzaq menyampaikan pengajian di situ tatkala kedatangan beliau di Indonesia tahun yang lalu-.

Dan Abu Nidaa’ –selain ia bersembunyi dibalik jubah salafiyah-, ia juga memiliki hubungan yang erat dengan orang-orang takfiri. Dan sisi mereka ia adalah termasuk para pembesar mereka.

Yayasan Ihyaa’ At-Turoots mengirimkan bantuan dana melalui Abu Nidaa’. Kemudian Abu Nidaa’ menyalurkan bantuan dana tersebut ke kota Ambon dan kota Poso –pada saat penyerangan kaum Nasrani terhadap kaum mulsimin- untuk membeli senjata dan yang lainnya. Dan mereka (Yayasan Ihyaa At-Turots atau Abu Nidaa’ atau yang lainnya??-pen) bermua’alah dengan Lajnah (lembaga) Bantuan yang di dalam lembaga tersebut ada orang-orang takfiri dan para pengikut Al-Qaeda. Dan berita ini adalah berita yang benar di sisi kami dengan bukti-bukti yang meyakinkan.

Demikian pula ada seseorang yang disebut sebagai Abu Qotadah yang merupakan salah seorang pemateri tetap di Radio dan TV Rodja, ia telah mengirimkan bantuan kepada orang-orang takfiri di Jawa Tengah untuk membangun mesjid.

2. Mereka (Yayasan Ihyaa At-Turrots) berusaha melakukan kerusakan terhadap para dai di Indonesia. Yaitu dengan membantu para hizbiyin yang telah ma’ruf –yang kami dan orang-orang Radio dan TV Rodja tidaklah berselisih akan penyimpangan mereka-. Dan mereka (Yayasan Ihyaa At-Turoots) mengadakan dauroh-dauroh yang dimana mereka mengundang/mendatangkan orang-orang yang membawa pemikiran Salman al-‘Audah dan Abdurrahman Abdul Kholiq, serta yang semisal mereka berdua, dan pencelaan terhadap para ulama yang telah ma’ruf.

Yang menyedihkan, kami melihat sejumlah orang-orang Radio dan TV Rodja memiliki sikap fanatisme yang batil dan tercela serta marah terhadap orang-orang yang mentahdzir dan berbicara dengan kebenaran tentang Yayasan Ihyaa At-Turoots Al-Kuwaitiyah. Diantara mereka dalah Penanya al-Akh Firanda, ia telah menulis sebuah buku yang dicetak yang ia dengan semangat dalam buku tersebut membela Yayasan Ihyaa’ At-Turoots Al-Kuwaitiyah.

Ketiga : Kami tidak melihat pada mereka (orang-oarng Radio dan TV Rodja) kemurnian dalam menempuh manhaj salaf. Hal ini karena perkara-perkara berikut :

1. Mereka (orang-oang Rodja) telah mengundang Ali Al-Halabi untuk mengisi pengajian/muhadoroh di masjid Al-Istiqlal di Jakarta yang merupakan mesjid terbesar di Asia Tenggara. Dan ini adalah mesjid yang sama yang dimana mereka mengundang Syaikh Abdurrozzaq Al-‘Abbad untuk mengisi pengajian di situ.

Ali Hasan dan para sahabatnya (mungkin masudnya para Masyaikh Yordania-pen) sering menunjungi Indonesia beberapa tahun. Setiap kunjungannya adalah kepada orang-orang yang Rodja bermu’malah dengan mereka (mungkin maksudnya ikhwan-ikhwan Surabaya-pen).

Dan perlu untuk diketahui, tatkala Ali Hasan pertama kali datang kepada mereka, ia ditanya tentang kitab “Rof’ul Laa’imah ‘An Fatwaa Al-Lajanah Ad-Daaimah” maka iapun menjawab : “Ini adalah kitab yang batil dari Alif sampai Ya” (Dulu aku telah mendengarnya dari rekaman dauroh mereka). Maka ia telah mengacaukan pemikiran para dai dengan penyakitnya tentang permasalahan Iman. Dan Ali Hasan telah memasukkan kepada orang-orang keburukan dan adab yang jelek terhadap fatwa para ulama besar kita.

Tidak cukup hingga di sini saja, Ali Hasan pernah beberapa hari di sebagian dauroh ia mengajarkan kitabnya -yang berisi ajaran-ajaran batil- yang berjudul “Manhaj As-Salaf As-Sholeh fi Tarjiih Al-Mashoolih…” (Ceramah pengajiannya direkam dan tersebar di internet)

Yang mengherankan dari sikap orang-orang Rodja adalah mereka tetap mengundang Ali Hasan setelah jelas perkataan para ulama kibar yang mentahdzir Ali Al-Halabi, wallahul must’aan.

2. Stasiun TV mereka menyebarkan clip clip videonya orang-orang yang dikenal dengan penyimpangan, seperti Muhammad al-‘Ariifi, Muhammad Hassaan Al-Mishri dan selain mereka berdua.

3. Beberapa pemateri di Radio dan TV Rodja memiliki hubungan dengan Yayasan As-Sofwah di Jakarta, dan ini adalah yayasan yang dikenal mendukung pemikiran Salman al-‘Audah, Muhammad Surur dan selain mereka berdua.

Keempat : Alhamdulillah –dengan taufiq dari Allah- kami telah belajar dari Anda dan para ulama kibar yang lainnya, sikap hikmah dan berakal, memperhatikan maqoshid Syari’ah, dan juga mempertimbangkan antara maslahat dan mudhorot. Meskipun kami mentahdzir mereka (orang-orang Rodja) akan tetapi pembicaraan kami hanyalah pada tempat-tempat yang sesuai di hadapan para penuntut ilmu. Adapun orang-orang awam bisa jadi menurut kami yang lebih baik bagi mereka adalah tidak melarang mereka dari mendengar/menonton Rodja, dalam rangka meminimalkan keburukan, dan termasuk dalam bab “Sesungguhnya Allah akan menolong agama ini dengan orang fajir”. Meskipun demikian, di sisi sebagian orang aku dianggap termasuk orang yang keras (mutasyaddid) dan di sisi sebagian yang lain aku dianggap termasuk mumayyi’. Akan tetapi Alhamdulillah dengan taufiq dari Allah kami berusaha membawa kedua golongan tersebut kepada kebaikan dan sunnah.

Kelima : Penanya Firanda dan teman-temannya, bahkan orang-orang yang menyimpang dari kalangan ahlul bid’ah telah mengetahui bahwasanya kesibukan kami adalah mengajarkan kepada masyarakat Al-Qur’an dan Sunnah Nabi serta manhaj salaf. Dan aku tidaklah mentahdzir orang-orang Rodja kecuali di sedikit tempat tatkala dibutuhkan yaitu tatkala menjawab pertanyaan dan yang semisalnya. Alhamdulillah orang-orang mendapatkan manfaat dari tahdziran tersebut.

Inilah yang sebenarnya terjadi, dan kami mengharapkan arahan dari Anda yang mulia, apakah sikap tahdziranku kepada Radio Rodja dan TV Rodja sesuai dengan kebenaran ataukah tidak??

Dan kami mengharapkan dari fadilatus Syaikh untuk memberi nasehat kepada orang-orang Rodja yang telah lalu penjelasan kondisi mereka, seseungguhnya kami mengharpkan kebaikan bagi sebagian mereka yang bersikap tasahul atau tersamarkan perkara baginya.

Demikian pula kami mengharapkan arahan dari fadilatus Syaikh tentang pendirian stasiun Televisi milik kami, karena ikhwan-ikhwan kami dan para pecinta kami memiliki kemampuan untuk mendirikan stasiun televisi.

Jazaakumullahu khoiron dan semoga Allah melanggengkan Anda sebagai kebanggaan bagi Islam dan kaum muslimin.

Ditulis oleh Anak dan Murid Anda

Dzulqornain bin Muhammad Sanusi.
(silahkan lihat surat tersebut di https://app.box.com/s/l1pclqk0doc2ejf3xrhl)

—–

Jawaban Syaikh Sholeh Al-Fauzan hafizohulloh :

“Wa’alikumus salaam warahmatullahi wa barokaatuh. Dan arahan sebagaimana berikut ini :

Pertama : Hendaknya engkau terus berjalan di atas jalanmu, dan jangan perdulikan kritikan para pengkritik kecuali kritikan yang benar dan berfaedah maka ambilah kritikan tersebut karena kebenaran adalah barang hilang milik orang yang beriman.

Kedua : Janganlah engkau masuk dalam pergulatan dan pertiakaian dengan orang-orang, karena hal ini akan menyibukanmu dari meneruskan jalanmu

Ketiga : Janganlah engkau sibuk mencela orang-orang atau yayasan-yayasan. Engkau mungkin menasehati mereka dengan nasehat yang bertujuan dan hikmah (Allah berfirman : Tolaklah keburukan dengan kebaikan)

Keempat : Jawablah syubhat dengan ilmu dan hikmah serta penjelasan kebenaran karena engkau tidak memiliki kekuatan untuk melarang orang yang menyelisihi.

Semoga Allah memberi taufiq kepadamu dan memberkahi usahamu

Ditulis oleh :

Sholeh bin Fauzan Al-Fauzaan

3 Sya’ban 1434 H (12 Juni 2013)

—–

Sengaja saya posting terjemahan surat Al-Ustadz Dzulqornain ini untuk pembelajaran, kepada saya dan Al-Ustadz Dzulqornain khususnya dan kepada semua da’i dan para penuntut ilmu baik yang mendukung dakwah sunnah melalui sarana radio rodja dan rodjatv atau yang tidak mendukungnya, semodel dengan Al-Ustadz Dzulqornain, Al-Ustadz Askari, Al-Ustadz Muhammad Umar Sewed dan orang-orang semodel mereka. Tentunya sebenarnya yang lebih utama menerjemahkan adalah ustadz Dzulqornain, akan tetapi setelah berbulan-bulan saya menunggu belum juga diterjemahkan, padahal sangat penting fatwa syaikh Sholeh Al-Fauzan tersebut. Namun kemungkinkan besar adalah karena beliau (Ustadz Dzulqornain) sangat sibuk berdakwah –mengingat jam dakwah beliau tinggi- sehingga tidak sempat menterjemahkan. Akan tetapi beliau telah lama mengirimkan surat ini kepada saya melalui email. Dan saya telah mengabarkan kepada beliau insya Allah ada orang lain yang akan menerjemahkan.

KOMENTAR

Pertama : Ustadz Dzulqornain telah berjanji akan melaksanakan washiat Syaikh Sholeh Al-Fauzan hafizohulloh.

Surat dari Al-Ustadz Dzulqornain begitu semangat dan menggebu-gembu dalam membongkar penyimpangan Radio Rodja secara detail yang merupakan hujjah-hujjah yang menurut beliau bisa dipertanggung jawabkan dihadapan Allah. Dan di penghujung surat Ustadz Dzulqornain juga meminta nasehat Syaikh untuk Radio Rodja. Ternyata diantara jawaban syaikh adalah :

Kedua : Janganlah engkau masuk dalam pergulatan dan pertikaian dengan orang-orang, karena hal ini akan menyibukanmu dari meneruskan jalanmu

Ketiga : Janganlah engkau sibuk mencela orang-orang atau yayasan-yayasan. Engkau mungkin menasehati mereka dengan nasehat yang bertujuan dan hikmah (Allah berfirman : Tolaklah keburukan dengan kebaikan)

Harapan kami Al-Ustadz Dzulqornain menjalankan washiat Syaikh Sholeh Al-Fauzan, untuk tidak sibuk mencela para dai dan yayasan-yayasan !! Dan ustadz Dzulqornain hafizohulloh telah mengirim email kepada saya dengan berkata ((Insya Allah saya mengamalkan Nasihat Syaikh Al-Fauzan untuk saya, kalau terjadi kesalahan yang perlu diingatkan, tentu saya akan membantahnya dengan batasan yang dinasihatkan oleh Syaikh)). Semoga Allah memberi kekuatan kepada Al-Ustadz untuk mewujudkan tekad beliau.

Meskipun tentunya jawaban syaikh tersebut dibangun diatas membenarkan seluruh informasi sepihak dari ustadz Dzulqornain. Akan tetapi tentunya seluruh informasi –sepihak– tersebut masih perlu didiskusikan lebih lanjut.

Kedua : Wahai Al-Ustadz Dzulqornain, sebutkanlah juga kebaikan rodja!!!

Al-Ustadz Dzulqornain dalam suratnya kepada Syaikh Sholeh Al-Fauzan sama sekali tidak menyebutkan kebaikan Radio dan TV Rodja. Padahal semua penonton Rodja tahu akan kebaikan dan manfaat TV Rodja di seantero Nusantara. Bukankah apa yang dibanggakan oleh Ustdadz Dzulqornain tentang berkembangnya dakwah salafiyah di Indonesia adalah merupakan peran besar Rodja??, bukan hanya di Indonesia bahkan di dunia??!.

Adapun kalau bicara jumlah salafy yang semodel dengan ustadz Dzulqornain saja saya rasa jumlahnya tidak banyak. Demikian juga pondok-pondoknya tidak banyak, sehingga tidak akan menakjubkan. Meskipun “jumlah banyak” bukanlah ukuran kebenaran, akan tetapi pembicaraan kita tentang Ustadz Dzulqornain yang membanggakan perkembangan dakwah salafiyah di Indonesia !!.

Tentunya Syaikh Sholeh Al-Fauzan membaca surat Al-Ustadz Dzulqornain maka tergambarkan Radio Rodja dan Rodja TV sangatlah buruk !!.

Coba seandainya Ustadz Dzukqornain menjelaskan kebaikan-kebaikan Rodja, yang diantaranya adalah sebagai berikut :

  • Isi dakwah Radio Rodja terfokus kepada dakwah tauhid dan sunnah, serta memberantas kesyirikan dan bid’ah, tentunya dengan hikmah
  • Radio Rodja juga sama sekali tidak masuk dalam kancah perpolitikan
  • Radio Rodja tersebar diseluruh nusantara, sehingga banyak sekali orang yang sadar. Bahkan preman, sutradara, artis, dan lain sebagainya jadi sadar. Demikian pula banyak masyarakat yang akhirnya meninggalkan praktek syirik dan bid’ah
  • Radio Rodja sangat sering menayangkan ceramah para ulama salafy, seperti Syaikh Bin Baaz, Syaikh Utsaimin, Syaikh Fauzan, Syaikh Abdurrozzaq (Kajian 2 kali dalam sepekan), Syaikh Sa’ad Syatsri, Syaikh Sulaiman Ar-Ruhaili, Syaikh Sholeh As-Suhaimi. –yaitu para masyayikh salafiyin selain syaikh Ali Hasan Al-Halabi-
  • Radio Rodja banyak menembus kalangan papan atas di masyarakat, bahkan banyak polisi dan ABRI, serta para jendral yang juga ikut pengajian
  • Bahkan ada menteri yang juga ikut ngaji, dan bahkan berusaha untuk mempromosikan Rodja TV ke kepala negara
  • Para da’i Radio Rodja sering diundang di instansi-intansi kenegaraan, bahkan diundang untuk memberikan penyuluhan di badan-badan pertahanan dan keamanan negara.
  • Radio Rodja sangat memerangi pemikiran takfiri dan pemberontakan terhadap pemerintah muslim. Juga sangat memerangi bentuk terorisme. Terlalu banyak dai Radio Rodja yang mengkhususkan bantahan terhadap penyimpangan-penyimpangan tersebut
  • Radio Rodja sering membantah pemikiran-pemikiran sururiyah yang menyimpang
  • Dan masih banyak kebaikan-kebaikan yang lainnya

Ketiga : Wahai Al-Ustadz Dzulqornain, Radio Rodja sama sekali tidak ada hubungannya dengan takfiriyuun, bahkan radiorodja membantah pemikiran sesat tersebut!!!

Al-Ustadz membanggakan ikhwan-ikhwannya yang tidak dikaitkan oleh polisi tatkala terjadi pengeboman di Jakarta. Yang menurut ustadz adalah karena sikap “tamayyuz” (membedakan diri). Bahkan tidak ada sikap tamayyuz inilah yang merupakan landasan al-Ustadz untuk selanjutnya berusaha mengkait-kaitkan Radio Rodja dengan takfiriyin !!!

Sanggahan :

  • Ustadz menyebutkan tokoh takfiriyin diantaranya adalah Aman Abdurrahman. Tahukah ustadz bahwasanya salah satu pemateri tetap yaitu Ustadz Arifin Badri telah membantah pemikiran Aman Abdurrahman sejak sekitar 10 tahun yang silam??, jauh sebelum Ustadz Dzulqornain mengenal Aman Abdurrahman??. Justru sikap tamayyuz telah dimiliki oleh para pemateri Rodja sejak dahulu kala !!
  • Bukankah Saya (Firanda) telah membantah buku Abduh Akaha Zulfidar yang membantah Ustadz Luqman Baa’abduh sekitar 9 tahun yang lalu??. Yang buku tersebut tentunya mendukung praktek-praktek teroris
  • Al-Ustadz Dzulqornain membanggakan ikhwan-ikhwannya tidak ditangkap oleh polisi di Jakarta..??. Ngomong-ngomong waktu itu jumlah ikhwan –yang semodel dengan ustadz Dzulqornain- di Jakarta berapa banyak??. Bukankah lebih pantas dan lebih masuk akal jika kita katakan, “Justru ikhwan –semodel Rodja- yang jumlahnya banyak di Jakarta tidak diciduk polisi tatkala terjadi praktek terror. Ini menunjukkan para ikhwan telah memiliki sikap tamayyuz yang dibangga-banggakan al-Usatadz Dzulqrnain.
  • Kalau ustadz menyebutkan diminta pandangannya oleh pejabat negara tentang terorisme…, maka kami para da’i di rodja dari dulu hingga sekarang telah diminta oleh pihak intel dan polisi. Bukankah para da’i rodja sering mengisi pengajian di markas polisi??, bukankah website polda Jakarta mencantumkan streaming radiorodja??. Bahkan saya juga sempat diminta untuk mengisi di PTIK (klik disini untuk melihatnya), dan diminta pandangannya oleh Lembaga Ketahanan Nasional, yang dihadiri oleh para jenderal, untuk diinformasikan langsung kepada Presiden??
  • Bukankah banyak polisi bahkan intel yang akhirnya ikut pengajian??, demikian juga para jenderal??. Lantas bagaimana bisa terbayangkan kalau Radio Rodja tidak memiliki sikap “tamayyuz” yang dibanggakan oleh Al-Ustadz Dzulqornain??. Hendaknya seseorang tidak merasa dia saja yang menjadi pahlawan yang berjasa…, ternyata di dunia dakwah banyak sekali pahlawan yang mungkin ia ketahui dan tidak ia ketahui !!!

Ketiga : Wahai Al-Ustadz Dzulqornain, inilah Ustadz Abu Nidaa’ yang saya kenal

Al-Ustadz menggambarkan bahwa Ustadz Abu Nidaa’ punya hubungan dengan takfiriyin (tukang takfir) bahkan termasuk pembesar (gembong) mereka. Demikian juga Ustadz Abu Nida punya hubungan Al-Qaeda bahkan membelikan senjata dengan dana dari At-Turots untuk berperang melawan kaum Nashrani yang menyerang kaum muslimin di Ambon dan Poso.

Adapun tuduhan ustadz Abu Nida sebagai gembong takfiri maka ini akan saya kembalikan kepada Al-Ustadz Abu Nidaa’ –semoga berita surat ini sampai ke Al-Ustadz Abu Nida- karena ini berkaitan dengan harga dirinya.

  • Yang jelas kami –selama hampir 13 tahun bergaul dengan ustadz Abu Nidaa- tidak pernah melihat pemikiran takfiri pada ustadz Abu Nidaa’. Mungkin saja Abu Nidaa’ benar-benar gembong takfiri yang pandai bersembunyi dibalik jubah salafy –sebagaimana pernyataan Dzulqornain-, akan tetapi kami hanya bisa menghukum dengan dzohirnya. Jika memang Abu Nidaa’ adalah gembong takfiri semoga Allah segera membongkar kedoknya. Akan tetapi tuduhan ini mudah-mudahan bisa ditanggapi dengan serius oleh ustadz Abu Nida, karena buntutnya sangat buruk dan tidak enak.
  • Justru di pondok Jamilurahman ana mengenal bahayanya pemikiran takfiri !!!
  • Justru beberapa peristiwa beliau dengan mudahnya memerintahkan kapolda untuk turun tangan. Yang hal ini menunjukkan hubungan erat beliau dengan pihak kepolisian
  • Justru beliau sering ngisi kajian di kantor kepolisian….
  • Demikian juga para santri ma’had Jamilurahman sering diminta untuk mengisi pengajian di penjara-penjara. Kalau ternyata pondok ini berpemahaman takfiri maka sangat berbahaya mengundang santri pondok untuk mengisi pengajian di penjara-penjara
  • Adapun mengenai beliau menyalurkan dana At-Turots untuk membeli senjata untuk Al-Qaeda melawan kaum Nasrani yang membunuh kaum muslimin…, maka inipun akan saya kembalikan kepada Ustadz Abu Nidaa. Akan tetapi jika ternyata informasi ini benar, maka apakah Al-Ustadz Abu Nidaa’ salah total??, apakah ia tidak boleh membelikan senjata bagi takfiriyin yang sedang berjihad melawan kebiadaban kaum Nasrani??, ataukah harusnya senjata kaum takfiriyin diambil dan dibuang saja, sehingga berperang tanpa senjata??. Tentu ini perlu pembahasan tentang fikih akan hal ini. Siapa tahu Ustadz Dzulqornain bisa membahas tentang permasalahan ini.

Keempat : Wahai Al-Ustadz Dzulqornain, Ma’had Jamilurrohman tidak seperti yang Anda bayangkan!!!

Al-Ustadz tidak setuju dengan ma’had jamilurahman karena dipegang oleh ustadz Abu Nida. Sehingga tidak setuju Syaikh Abdurrazaq mengisi pengajian di sana (Dan ini telah disampaikan langsung oleh Al-Ustadz Dzulqornain kepada saya). Bahkan Ustadz Dzulqonain juga kecewa dengan Syaikh Sa’ad Asy-Syatsri yang juga akhirnya menurut ustadz Dzulqornain mengisi di Jamilurahman. Ustdaz Dzulqornain berkata kepada saya (melalui email) sebagai berikut : ((Ana telah mengingatkan antum masalah Abu Nida, tapi masih saja hal yang sama berulang dengan keberadaan Syaikh Sa’ad memberi ceramah di Jamilurrahman, seakan-akan tidak ada kecemburuan terhadap suatu hal yang membahayakan dakwah salafiyah. Wallahul Musta’an))

Sanggahan :

  • Informasi yang benar adalah adalah Syaikh Abdurazaq belum pernah ceramah di Jamilurahman akan tetapi di pondok Bin Baaz, yang juga milik Abu Nidaa’. Adapun Syaikh Sa’ad Syatsri juga sepertinya tidak ada jadwal ke Jamilurahman. Jadwal yang saya atur untuk beliau adalah ke Masjid Kampus UGM saja. Jadi janganlah al-ustadz menuduh seakan-akan saya yang mengatur di jamilurahman. Adapun Syaikh Sa’ad akhirnya ke pondok Bin Baaz maka itu adalah permintaan Ustadz Abu Nida langsung kepada Syaikh Sa’ad Asy-Syatsri. Ya mungkin saja Syaikh Syatsri dibohongi oleh gembong takfii ??
  • Adapun Syaikh Abdurozaq mengisi pengajian di Bin Baaz yang menerima dana dari Ihyaa At-Turoots, maka sesungguhnya Syaikh Abdurozaq bukan hanya bermu’amalah dengan At-Turots cabang Indonesia, bahkan beliau memiliki hubungan yang erat dengan At-Turots pusat di Kuwait. Tentunya beliau punya pandangan dan ijtihad sendiri dalam sikap beliau tersebut. Dan Ustadz Dzulqornainpun tahu akan hal ini.

Karenanya sikap Al-ustadz yang berusaha mengait-ngaitkan Radiorodja dengan Abu Nidaa’ yang merupakan gembong tukang takfir !!, apalagi Firanda keluaran Ma’had Jamilurahman !!, merupakan perkara yang kurang tepat dan dipaksa-paksakan !!!

Kelima : Wahai Al Ustadz Dzulqornain, Berhusnuzhon lah dengan sikap Ustadz Abu Qotadah…

Al-Ustadz juga mempermasalah Ustadz Abu Qotadah yang telah mengirim bantuan kepada takfiriyin untuk membangun mesjid.

Maka permasalahan ini harus dikembalikan kepada pihak yang bersangkutan yaitu Al-Ustadz Abu Qotadah untuk menjelaskan kebenaran tuduhan ini !!. Akan tetapi saya rasa Al-Ustadz Dzulqornain yakin bahwa Abu Qotadah bukanlah takfiri, karena banyak pengajian dan ceramah beliau yang membantah takfiri dan terorisme. Jika perkaranya demikian maka hendaknya ustadz Dzuqornain berhusnudzon terhadap sikap ustadz Abu Qotadah?? Apa maksud Abu Qotadah memberikan bantuan kepada takfiri??, apakah untuk menarik hati mereka –jika tuduhan ini benar-, ataukah kejadian tersebut ada kesalahpahaman??. Lagi pula apakah kalau ada kaum takfiri minta dibangunkan mesjid maka tidak boleh dibantu sama sekali??, apakah mereka tidak boleh sholat di masjid??. Jika meminta bantuan untuk mengebom tentunya tidak boleh, akan tetapi kalau untuk bangun masjid??, tentu ini butuh pembahasan khusus. Insya Allah mengenai permasalahan ini kita akan berusaha meminta ustadz Abu Qotadah untuk menanggapinya.

Kelima : Wahai Ustadz Dzulqornain, Apakah Syeikh Muhammad Al ‘Arifi seorang Mubtadi’?

Al-Ustadz mempermasalahkan TV Rodja yang menayangkan cuplikan video Syaikh Muhammad al-‘Arifi dan syaikh Muhammad Hassaan.

Ini tentu masukan yang baik bagi TV Rodja, dan saya rasa TV Rodja mengambil masukan ini demi kebaikan. Akan tetapi mungkin perlu dicatat sebagai berikut :

  • Syaikh Muhammad Al-‘Arifi apakah seorang mubtadi’ menurut para ulama kibar di Arab Saudi??. Kalau tidak, maka siapakah yang mentabdi’ beliau??. Tentunya beliau memiliki kesalahan –dan sayapun mengetahui kesalahan beliau-, akan tetapi apakah kesalahan tersebut mengeluarkan beliau dari Ahlus Sunnah dan menjadi mubtadi??. Saya rasa bukanlah manhaj Al-Ustadz Dzulqornain yang jika seorang alim atau ustadz sekali salah lantas dibuang dan jadi mubtadi’ dan tidak boleh didengar ceramahanya secara total??. Kita sangat membutuhkan keterangan dari ustadz Dzulqornai tentang mentabdi’ Syaikh Muhammad al-‘Arifi, mengingat beliau juga memiliki kebaikan yang banyak, seperti membantah kaum syi’ah dan juga kaum liberal. Bahkan beberapa tahun silam pernah pemilik koran-koran di Riyadh –yang menyokong faham Liberal- meminta pemerintah untuk menyikapi Syaikh Muhammad al-‘Arifi yang getol membantah pemahaman dan kaum Liberal di mimbar-mimbar dan podium-podium. Jika ada fatwa kibar ulama untuk tidak boleh sama sekali mendengar ceramah al-‘Arifi maka dengan senang hati kru Rodja terima dan membuang Syaikh Muhammad al-‘Arifi.
  • Cuplikan-cuplikan video Syaikh Muhammad al-‘Arifi yang ditampilkan oleh TV Rodja apakah isinya kesesatan??, ataukah kebaikan??.
  • Cuplikan tersebut diputar oleh Rodja sebelum ada tahdziran tentang kesalahan al-‘Ariifi
  • Lagi pula setelah saya bertanya kepada kru Rodja, ternyata hanya dua cuplikan video, itupun diputar di RodjaTV bukan karena saran dari para ustadz, akan tetapi hasil ijtihad sebagian kru Rodja !!!
  • Sekarang RodjaTV tidak lagi menayangkan dua klip video syaikh Muhammad al-‘Arifi tersebut. Ini sangat membuktikan jika kritikan kepada Radio Rodja adalah kritikan yang membangun maka insya Allah segera dilaksanakan oleh pihak Radio Rodja. Adapun kritikan yang dibangun di atas tuduhan yang ngawur dan dipaksa-paksakan maka tentu akan ditolak

Keenam : Wahai Ustadz, berhati-hatilah dalam mencomot informasi tentang Rodja, kawatir antum dituduh berdusta

Adapun pernyataan Al-Ustadz Dzulqornain kepada Syaikh Sholeh Al-Fauzan bahwa Syaikh Muhammad Hassan Al-Mishri dan juga syaikh-syaikh bermasalah lainnya !!!.

  • Maka sebelumnya saya ingin penjelasan dari Al-Ustadz Dzulqornain apa maksudnya dengan “Syaikh-Syaikh yang tidak jelas lainnya selain al-‘Arifi dan Muhammad Hasaan??” Siapa saja mereka??. Agar saya bisa memberi masukan kepada pihak Radio Rodja.
  • Adapun Syaikh Muhammad Hassan, maka tidak pernah ditayangkan di Rodja TV –demikian informasi yang telah saya tanyakan langsung ke para kru Rodja-. Karenanya informasi ini yang telah disampaikan oleh Al-Ustadz Dzulqornain kepada Syaikh Fauzan merupakan informasi yang bohong. Kami sangat kawatir akan terbayangkan kepada Syaikh Fauzan bahwasanya Radio Rodja ikut politik mengingat Syaikh Muhammad Hassan ikut dalam kancah politik !!

Bersambung….

Kota Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, 28-11-1434 H / 4 Oktober 2013 M
Abu Abdil Muhsin Firanda
www.firanda.com

 

Logo

Artikel asli: https://firanda.com/913-ada-apa-dengan-radio-rodja-rodja-tv-bag-2-surat-al-ustadz-dzulqornain-kepada-syaikh-sholeh-al-fauzaan.html